Hari ini (30/4), peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI memaparkan hasil The Global Burden of Disease (GBD) Study 2010, dalam Seminar Hasil Studi Beban Penyakit, Trauma dan Faktor Risiko di Indonesia tahun 2010: Tingkat dan Kecenderungan, di Jakarta. Pendekatan GBD merupakan upaya sistimatik dan ilmiah untuk mengkuantifikasikan besarnya kehilangan usia produktif karena penyakit menular dan tidak menular (kronik-degeneratif), trauma (injury) dan faktor risiko menurut usia, jenis kelamin dan geografis pada suatu waktu tertentu. Pendekatan ini digunakan sebagai standar dalam penilaian keadaan kesehatan suatu negara atau wilayah tertentu; dasar menetapkan prioritas alokasi sumber daya; menentukan prioritas penelitian kesehatan; serta untuk membandingkan kemajuan suatu negara dengan negara lainnya yang setara (benchmarking).
Pendekatan GBD memberi estimasi tingkat kematian prematur dan disabilitas yang disebabkan oleh 291 penyakit dan trauma, 1.160 sequelae (disabilitas) sebagai akibat langsung penyakit dan trauma, serta 67 faktor risiko menurut golongan umur dan jenis kelamin. Faktor risiko dimaksud adalah diet yang tidak sehat, tekanan darah tinggi, perilaku merokok, polusi udara di rumah, tingginya kadar glukosa darah puasa, kurang aktivitas fisik, obesitas, kurangnya zat besi (Fe), kadar kolesterol total tinggi, penggunaan alkohol dan narkoba, kurang gizi pada anak, pemberian ASI yang suboptimal, risiko karena pekerjaan, dan lain-lain. Estimasi beban penyakit dan faktor risiko ini perlu dimutahirkan dengan data dan informasi terbaru, agar dapat member bukti (evidence) pada saat diperlukan.
Pendekatan GBD atau disebut juga Studi Beban Penyakit dimaksudkan untuk menciptakan “global public good” yang dapat memberi masukan yang tepat dalam penyusunan kebijakan kesehatan masyarakat pada tingkat nasional ataupun regional.
Di Indonesia dan negara berkembang lainnya, dalam dua dasawarsa terakhir, telah terjadi transisi kesehatan. Hal ini dikarenakan usia harapan hidup yang bertambah, meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan meningkatnya insidens Penyakit Tidak Menular (PTM).
Indonesia telah berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak, sehingga komponen disabilitas pada beban penyakit telah menggantikan komponen kematian prematur (kematian sebelum waktunya atau dibawah umur harapan hidup). Penyebab utama dari kematian prematur, berubah dari penyakit menular (khususnya pada bayi dan anak), menjadi penyakit tidak menular pada orang dewasa; seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan trauma/kecelakaan. Kematian prematur juga disebabkan oleh penyakit menular seperti tuberkulosis, diare, pneumonia dan kecelakaan lalu-lintas jalan.
Saat ini, “kelebihan berat” dan obesitas telah menggantikan “kurang gizi” sebagai faktor risiko penyakit. Sedangkan gangguan disabilitas didominasi oleh gangguan mental dan perilaku, trauma lalu-lintas, dan penyakit kronik saluran pernapasan.
Studi ini juga menemukan penurunan tingkat kematian terbesar untuk semua faktor risiko, terjadi pada anak laki-laki berusia 1-4 tahun, yaitu mencapai 71%. Sementara pada tingkat kematian orang dewasa laki-laki usia 35-39 tahun terdapat peningkatan 5%.
Perbandingan beban penyakit pada 1990 dengan 2010, telah terjadi penurunan bermakna pada jenis penyakit Pneumonia, Diare, Gangguan Kehamilan, Sepsis neonatal, Anemia defisiensi besi dan tuberkulosis. Sementara pada tahun 2010, penyumbang tertinggi dari beban penyakit adalah stroke, tuberkulosis dan kecelakaan lalu-lintas.
Berdasarkan hasil studi tersebut, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk mengurangi faktor risiko utama penyakit khususnya penyakit tidak menular, yaitu diet sehat dengan mengurangi konsumsi garam untuk mengendalikan tekanan darah agar tetap normal, serta mengurangi asupan gula atau konsumsi makanan manis untuk mencegah penyakit Diabetes Millitus. Selain itu, penting juga dilakukan pengendalian perilaku merokok.
Seminar Hasil Studi GBD bertujuan untuk menyebarluaskan informasi berbasis bukti mengenai Beban Penyakit, Trauma dan Faktor Risiko di Indonesia, sebagai masukan bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sektor kesehatan tahun 2015–2019. Selain itu, dapat menggambarkan besarnya masalah kesehatan utama, perubahan yang terjadi dibandingkan keadaan tahun 1990, faktor risiko utama yang dapat dicegah, kinerja sistem kesehatan yang berkaitan dan bench-marking dengan negara yang sebanding.
Kegiatan seminar dihadiri oleh Staf Ahli Menteri Kesehatan RI Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi, Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, MSi, Sp.F(K); Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Balitbangkes Kemenkes RI, drg. Agus Suprapto, M.Kes; Peneliti Utama Balitbangkes Kemenkes RI, dr. Soewarta Kosen, MPH, Dr.PH; perwakilan dari Institute of Health Metrics and Evaluation (IHME), University of Washington, Seattle USA, Christopher J.L. Murray, MD, Ph.D; dan perwakilan dari University of Melbourne, Prof. Alan Coper.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline